Sabtu, 26 Juni 2010

PENGANTAR ARSITEKTUR

ARSITEKTUR KRISTEN AWAL



Geografis, Geologis dan Iklim

Agama kristen lahir dan berkembang di Wilayahtimur, dibawa Santo Petrus dan santo Paulus ke Roma yang kemudian menjadi pusatnya (sir Banister fletcherA History of architecture, The Athlone Press. London. 1975.h.345.) Wilayah kekaisaran Roma mencangkup seluruh wilayah di sekeliling Laut Mediterania, termasuk Syria, Asia Minor dan Afrika Utara. Pada wilayah itulah berkembang Arsitektur yang mempunyai ciri khas, pada jaman Kristen Awal (313-800).
Aspek geologi berpengaruh pada arsitektur Kristen Awal, pada bahan bangunan khususnya bahan galian. Pada umumnya dimana didirikan, di situlah bahan banguna diambil seperti misalnya batu dan marmer, demikian pula bahan-bahan lainnya untuk dekorasi termasuk mozaik dan patung.
Iklim berpengaruh pada sistem penghawaan dan pencahayaan alami. Pada wilayah yang lebih panas, biasanya lebih banyak membuat jendela.




Sejarah
Sejarah Kristen Awal dimulai dari Jaman Constaintine (Constantine I 280-337 M, Kaisar Roma dengan sebutan Konstaintin yang Agung/ Constaintine the Great, terkenal dengan kebijakannya menerima dan mengesahkan agama Kristen, sama dan setingkat dengan kepercayaan yang sudah ada sebelunnya. Terkenal pula sebagai Kaisar Roma yang memindahkan pusat administrasi dan pemerintahan dari Roma ke Konstatntiopel “Constantinople” sekarang Istanbul di Turki, pada 330). Hingga Charlemagne (800). Serbuan Huns (Huns adalah suku bangsa Mongol yang hampir satu abad sangat berpengaruh terhadap sejarah eropa, dengan serangan-serangan dan penguasaan, hingga 454 M). Yaitu orang-orang mongol ke Eropa sekitar 376, berhasil menguasai wilayah utara hingga Itali. Pada 410 Roma jatuh ke tangan orang-orang Goth di bawah Alaric.
Peperangan tersebut hanya bagian kecil dari berbagai konflik di Eropa. Pada 584 orang-orang Lomdard (orang-orang jermal berasal dari skandinavia atau jermal utara yang mendominasi seluruh itali antara 584-774), menguasai hampir seluruh itali sampir sekitar dua abad.
Pada 800, charlemange (charlemange adalah raja frank, kaisar terbesar dalam dinasti carolingian yang juga di ambil dari namanya. Charlemange artinya charles agung ”charles the great”, juga digelari Charles I, selain menjadi raja perancis, juga emperor tahta suci romawi “holy Roman Empire”) dinobatkan menjadi Emperor oleh Paus dari Roma, sejak itu kekaisaraan menyatu dalam sisitem pemerintahan dengan tahta suci romawi, berlangsung hingga 1806. Roma tidak lagi mendominasi budaya dan arsitektur kristen sejak tahun 800-1000, karna sekain timbul regionalisme, juga pengaruh romanesque menjadi lebih kuat.
Constatine memindah pusat pemerintahan dari roma ke istanbul di wilayah byzantine yang namanya kemudian di ubah menjadi Constantinople. Sistem pemerintahan juga di ubah menjadi kekuasaan mutlak (absolute monarch) hingga saat kematianya pada 337. Kekuatan kristen menjadi goyah karna kekacauan ditimbulkan oleh julian apostate, sehingga ke keisaran romawi pada 364 terpecah menjadi dua: valentian memerintah wilayah barat dan sodaranya valens diwilayah timur. Teodosius 379-95 berhasil menyatukan kembali kekuasaan wilayah timur dan barat
Suatu rangkaian emperium di barat berakhir pada 376 M, setelah emperium barat dan diruntuhkan oleh Zeno memerintah di konstantinople. Kembali lagi terjadi perubahan kekuasaan, menjadi teodoric dan goth yang memerintah itali 493-526, dimana tercapai masa puncak kedamaian dan kemakmuran. Pada jaman kebangkitan ini, budaya dan seni byzantine banyak mendapat pengaruh dari zaman kristen awal berikutnya raja di pilih dari semacam negara bagian dari spanyol, gaul (sebagian besar perancis sekarang), afrika utara dan itali sendiri. Emansipasi di eropa barat langsung dengan kontrol dengan emperium, mendorong berkembangnya budaya romano-teotonic, memberikan kemudahan, pada berdirinya negara-negara baru (bukti dari sejarah ini, hingga sekarang masih terlihat pada banyak nya negara-negara kecil di eropa seperti monaco, belgia dll, berasal dari sistem veodal, para tuan tanah). Kecendrungan semacam itu medorong kristen menjadi lebih kuat, ditangan para uskup (bishop) di roma. Formasi dari negara” baru ini selain membuat budaya regional jg mendorong berkembangnya bahasa-bahasa mengganti bahasa latin.

Arsitektur Gereja Basilika dan gereja

Pada setiap jaman kebudayaan berkembang termasuk seni dan arsitektur kadang-kadang secara sadar dan kadang secara tidak disadari. Seni masa lampau terekspresi pada masa sesudahnya. Dalam arsitektur suatu gaya merupakan perkembangan atau pengembangan dari gaya sebelumnya, setelah mengalami suatu rangakaian perubahan secara berangsur-angsur atau sedikit demi sedikit. Para pengrajin dan seniman pada jaman Kristen Awal merupakan penerus dari tradisi Romawi. Namun menurunnya kemakmuran yang sejalan dengan menurunnya kekuasaan, membuat pembangunan lebih menyusuaikan pada kegunaannya dan kesediaan bahan jadi faktor tertentu.
Bangunan jaman kristen awal (awal abad IV hingga akhir abad VIII), mempunyai nilai yang mendasarkan pada penyelesaian masalah kontruksi. Gereja-gereja Basilikan mempunyai kolom-kolom berjarak lebar menyangga entablaure ataupun pelengkungan untuk mendapatkan bentangan lebih lebar. Ciri lain dari gereja-gereja basilika adalah kerangka atap dari kayu di atas ruang umat utama (nave), di kiri-kanan terdapat sayap atau di sebut aisle. Kolom berderet dikiri-kanan membentuk ruang panjang, pada ujungnya terdapat apse yang denahnya berbentuk setengah lingkaran atau setengah segi banyak.
Atrium atau halaman dikelilingi oleh portico, sebagai ruang peralihan dari luar kedalam gerejajuga menjadi ciri dari arsitektur jaman Kristen Awal.
Warna, kaca warna dan mozaik mulai banyak digunakan dalam bangunan-bangunan pada jaman ini, termasuk lukisan pada bagian dalam dari kubah.
Basilika (basilica) telah disebut di depan adalah banguna pada jaman romawi, digunakan untuk gedung pengadilan. Pada jaman kristen, kemungkinan bentuk bangunan yang biasanya besar, mgah dan indah menjadi inspirasi para arsitek untuk membangun gereja. Jadi istilah gereja basilika digunaka untuk gereja yang besar biasanya terbesar dilingkungannya.
Gereja basilika santo petrus (basilica church saint peter) di roma (330) didirikan oleh Constantine di dekat martyrdom S. Petrus di dalam circus nero. Gereja basilika ini didirikan di lokasi di mana Katedral yang sekarang berada dengan nama yang sama, dalam komplek vatikan, di roma. Denahnya segi empat, terdiri dari bagian utama dan bagian peralihan berupa atrium dikelilingi oleh portico , yang denah keseluruhan juga segi empat. Sebelum masuk ke atrium ada dua menara kembar mengapit gerbang masuk. Gerbang masuk ini dapat di capai melalui tangga melebar, hampir selebar gereja.
Bagian utama terdiri dari nave yaitu ruang umat utama, di tengah, diapit kembar aisle yang terdiri dari dua lajur. Pada ujung sumbu tengah dari nave, terdapat apse, dalam hal ini denahnya setengah lingkaran. Pada tengahnya diletakan altar. Di sebelah selatan menempel pada sanctuary, terdapat unit kembar denahnya lingkaran, beratap kubah, satu untuk makam Honorius, lainya untuk gereja kecil.
Dinding kiri-kanan nave tinggi dan lebar, ditumpu oleh deretan kolom. Seperti pada kebanyakan bangunan romawi, kolom-kolom tersebut bercorak dekorasi korintien. Kolom berderet menyangga pelengkung-pelengkung. Atap dari nave, berupa kontruksi kuda-kuda kayu, berbentuk pelana yaitu atap berisi miring dua. Pada sepanjang dinding bagian atas dari nave, terdapat deretan jendela masing-masing ambangnya lengkung, khas arsitektur Kristen Awal. Aisle yang terdiri dari dua lajur, konstruksi atapnya setengah kuda-kuda (kuda-kuda dengan satu sisi miring), juga disanggga oleh deretan kolom menyangga pelengkung-pelengkung seperti pada nave
Wajah depan bagian utama bagian utama dari Gereja Basilika Santo Petrus (basilica church saint peter) di roma merupakan ciri dari arsitektur Kristen Awal, yaitu sama dengan penampang melintang. Simetris, bagian tengah adalah dinding ujung dari nave, bagian kiri dan kanan, dinding ujung dari aisle. Kontruksi atap portico setengah kuda-kuda, sisi miring tunggal, bagian dalam di sangga oleh kolom-kolom terbuka kearah atrium, sisi lainnya dinding.



Basilika S. Maria Maggiore juaga di roma (432), di bangun oleh Paus Sixtus III (432-440). Slah satu dari tempat basilika di roma masih ada, sehingga dapat di liahat keindahan antara lain dari nave, diapit kembar kiri-kanan oleh aisle tunggal (salah satu).



Kolom-kolom marmer berderet dikiri-kanan nave, coraknya Ionik, menyangga entablature berhiaskan mozaik asli dari jaman Paus Sixtus III. Jendela atas berderet, selang-seling dengan panel-panel, dimana masing-masing dihiasi lukisan. Lukisan pada panel dinding tersebut bertema sejarah Perjanjian lama, di antaranya lukisan penyebrangan Laut Merah dan jatuhnya Jericho. Rengka atap ditutup dengan plafond, diukir dengan pola kotak-kotak.
Gereja S. Clemente di Roma (1099-1108), dibangun kembali di atas lokasi dimana sebelumnya sudah ada gereja, jauh lebih tua yang dibongkar.Bebe rapa pondasi lama masih ada pada ruang bawah tanah yang beratap pelengkup(crypt). Meskipun dibangun pada jaman Kristen awal, namun ciri arsitektur jaman Kristen awal masih sangat kuat mendominasi gereja ni.


Atrium dikelilingi portico atau arcade di sebelah timur dari unit pertama, di tengah-tengah ada air mancur untuk pensucian dan pemandian. Pintu masuk ke dalam atrium ada dua : yang utama di depan sebelah timur melalui sebuah porch, satu lainnya pada portico lateral utara. Bagian utama gereja seperti hampir semua gereja pada jamannyasegi empat, memanjang diujung’a terdapat apse , sanctuary dan altar. Di bagian depan dari nave ada choir yaitu tempat untuk koor penyanyi gereja. Choir dikelilingi dinding semacam pagar (balustrade), di kiri terdapat gospel ambo, di sebelah kanan epistle ambo, tempat berkotbah dan membaca ayat-ayat suci dari Injil. Meskipun pandangan dari luar simetris, namun aisle dari gereja tidak sama, yang di sebelah selatan lebih lebar.

http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=627798490825212387



Konstruksi portico lateral berupa kolom-kolom lonik, depan dan belakang berupa pelengkung patah silang diagonal. Pada ruang utama, kolom-kolom berderet pada kiri kanan nave juga lonik menyangga pelengkung-pelengkung, dihias dengan mozaik, molding dan relief. Apse denahnya setengah lingkaran, beratap setengah kubah, dihias ornament gaya baroque. Gereja S. clement di Roma (1099-1108), denah dan potongan membujur (kiri), tempat duduk para Uskup, kepala dari kolom untuk ilin (cendelabrum) dan detail sudut panel dari balustrade pada choir (kanan atas). Porch (gerbang masuk), atrium dikelilingi portico, gospel ambo (kiri-bawah) dan epistle ambo (gambar-gambar di kanan-tengah). Ruang dalam (bawah).
Gereja Saint Paolo Fouri le Mura (380) adalah juga salah satu dari basilica utama di Roma, dibangun diatas makam dari Santo Paulus (Saint Paul). Pada 1832 gereja mengalami musibah kebakaran sehingga hampir memusnahkan seluruh bamgunan, namun didirikan kembali menurut rancangan aslinya.
Denah, pandangan depan tata ruang gereja, identik dengan Gereja Basilika Santo Petrus, Roma, lama yan sudah tidak ada. Nave diapit kembar oleh aisle ganda di kiri kanan, apse diujung berdenah setengah lingkaran. Kolom berderet membujur terdiri dari empat baris, menyngga dinding dan konstruksi atap : di tengah kuda-kuda dari atap pelana, kiri-kanan setengah kuda-kuda ganda dari atap satu sisi miring. Semua kepala kolom dihias dengan corak Korintien.




Atrium dikelilingi portico menjadi cirri dari arsitektur gereja pada jaman ini, dahulu juga ada, namun asebagian sudah runtuh.




Diluar Roma tidak sedikit gereja dan basilika dibangun dengan arsitektur berciri khas seperti beberpa gerejadikemukakan diatas. Di Ravenna, sebuah kota di Itali utara-timur, beberapa kilometer dari pantai Mediterania, terdapat sebuah gereja bernama S. Apollinare in Classe (534-9). Gereja didirikan oleh Justanian diatas lokasi dimana sebelunya terdapat kuil pemujaan dewa Apolo. Kemungkinan besar seniman dan pengrajin dalam membangun gereja ini dari Byzantine, sehingga pengaruh arsitektur Constantinople cukup besar dalam gereja ini.
Bentuk denah sederhana, segi empat panjang 45.70 M x 30 M, nave ditengah apit kembar di kiri-kanan oleh aisle-tunggal. Atrium-nya saat ini sudah tidak ada, ruang peralihan luar dan dalam hanya berupa narthex. Kolom berderet di kiri-kanan menyangka deretan pelengkung berkepala Korintien, dihias dengan mozaik, alur=alur dan lukisan dinding apse dibanding dengan bagian utamanya cukup besar, denah di dalam setengah lingkaran penuh, namun dinding luarnya setengah polygonal. Apse ini dalam tinggi, dicapai harus melalui tangga, karena berada di atas ruang yang sebagian di bawah tanah (crypt).



Ada perbedaan secara prinsip dibanding dengan gereja-gereja dibahas sebelum ini adalah pandangan depan yang tidak simetris. Yang membuat tidak simetris adalah sebuah unit di sebelah kiri atau utara depan dari gereja untuk masuk dari sisi utara. Campanil atau menara lonceng yang terdapat di sisi utara, denahnya juga agak berbeda dibanding dengan lainnya, disini berbentuk lingkaran.



Atap di atas nave kontruksinya kuda-kuda berbentuk plana dengan dua sisi miring, dan satu sisi miring di atas aisle, menjadi ciri dari arsitektur Kristen Awal, juga terdapat pada gereja ini. Pada ruang dalam, kontruksi kuda-kuda dari kayu tidak ditutup dengan plafond, sehingga menjadi bagian dari dekorasi.



Di Solonica, sebuah kota di pantai barat Laut agean (sekarang dalam wilayah yunani), terdapat sebuah gereja bernama S. George, didirikan ketika wilayah itu dijajah Romawi (300). Denahnya berbeda dengan gereja-gereja didiirikan sejaman yang cenderung membuat denah segi empat, di sini lingkaran. Dindingnya berbentuk silindris, sangat tebal, tidak kurang dari lima meter. Pada bagian atas 15 M dari tanah sedikit berkurang ketebalannya menjadi sekitar tiga meter. Atapnya kubah berdiameter 24.49 M, namun di atasnya terdapat kontruksi kerangka kayu ditutup genteng, bentuk kerucut hampir datar, bentuk segi tiga. Dengan demikian dari segi ruang dalam, maka kubahnya hanya berfungsi sebagai penutup semacam plafond, namun berubah ceruk (bagian dalam dari kubah). Pada dinding bagian atas terdapat tujuh jendela, karena tebalnya dinding, jendela-jendela yang ambangnya pelengkung ini mirip seperti ceruk. Pintu masuk dari sisi di bawah salah satu dari tujuh jendela
. Di Solonica, sebuah kota di pantai barat Laut Agean ( sekarang dalam wilayah Yunani ), terdapat sebuah gereja bernama St. George, didirikan ketika wilayah itu menjadi jajahan romawi ( 300 ). Denahnya berbeda dengan gereja – gereja didirikan sejaman yang cenderung membuat denah segi empat, disini lingkaran Dinidingnya berbentuk silindris sangat tebal, tidak kurang dari lima meter. Pada bagian atas 15 M dari tanah sedikit berkurang ketebalannya mejadi sekitar tiga meter. Atapnya kubah berdiameter 24.40 M, namun di atasnya terdapat konstruksi kerangka kayu ditutup genteng, berbentuk kerucut hampir datar, bertumpuk tiga. Dengan demikian dari segi ruang dalam, maka kubah hanya berfungsi sebagai penutup semacam plafond, namun berupa ceruk ( bagian dalam dari kubah ). Pada dinding bagian atas terdapat tujuh jendela, karena tebalnya dinding jendela – jendela yang ambangyna pelengkung ini mirip seperti ceruk. Pintu masuk dari sisi di bawah selalu satu dari tujuh jendela.



Apse terdapat di ujung sebuah ruang yang denahnya segi empat, menjorok ke luar dinding, pada sumbu membujur dari nave yang bentuknya lingkaran tersebut. Selain ketujuh jendela, semua jendela besar kecil lain ambangnya juga pelengkung, khas Romawi gereja ini tidak mempunyai hiasan, sangat bertolak belakang dengan bangunan – bangunan lain yang sejamannya.
Salah satu gereja yang menyandang nama karena mepunyai denah berbentuk lingkaran adalah gereja St. Stefano Rotondo di Roma ( 468 – 83 ). Gerja ini terbesar di antara gereja – gereja lain berdenah lingkaran ( diameter 64 M ). Lingkaran terdiri dari dua bagian : lingkaran dalam dan lingkaran luar. Lingkaran luar dibagi menjadi delapan segmen, untuk empat buah kapel ( gereja kecil ). Masing – masing kapel mempunyai pintu langsung, denahnya radial bagian dari lingkaran. Apse kecil dari setiap kapel, menjorok ke luar, denahnya setengah lingkaran.



Altar utama terdapat di tengah dari lingkaran dalam ( lingkaran pusat ), bergaris tengah 23,17 M. Bagian ini dikelilingi oleh 23 kolom silindris model Korientin, menyangga pelengkung dan entablature berbentuk cincin. Di atas entablature, ada tambour dari sebuah atap nerupa kerangka kuda – kuda kayu pyramidal, ditutup oleh genting. Tambour sangat tinggi, sekitar 23.00 M, dari permukaan tanah, pada bagian atas terdapat berderet jendela yang ambang atasnya pelengkung. Atap lingkaran tengah dahulu berupa kubah, namun saat ini bentuknya kerucut, tidak terlalu runcing, terdiri dari kuda – kuda kayu ditutup genting
Lingkaran tengah atau lingkaran pusat tersebut dikelilingi oleh semacam gang ( ambulatory ), pada garis kelilingnya terdapat deretan melingkar kolom – kolom silindris Korintien. Atap lingkaran luar tersebut setengah kuda – kuda membentuk sisi miring tunggal, posisinya jauh lebih rendah dari atap lingkaran

Makam dan Babtistery




Meskipun tidak semuanya, namun bentuk gereja segi empat panjang merupakan kecenderungan dan menjadi salah satu cirri kecenderungan dan menjadi salah satu cirri arsitektur Kristen Awal. Sebaliknya bangunan makam pada jaman yang sama, lebih banyak yang denahnya lingkaran atau polygonal. Kemungkinan bentuk lingkaran cocok untuk makam karena mempunyai titik focus, sehingga pada titik itulah sangat tepat untuk meletakkan makam.
Salah satu contoh dari kecenderunagn ini adalah makam St. Constanza di Roma, dibangun pada 330 oleh Constantine untuk makam adiknya Constantia. Pintu masuk melalui sebuah porch, berdinding tanpa tiang denga tiga pintu masuk, terbesar di tengah diapit kembar di kiri kanan dengan pintu lebih kecil. Ketiga pintu ambangnya melengkung, khas Kristen Awal.



Ruang dalam terdiri dari bagian tengah berdenah lingkaran diameter 12.20 M, dikelilingi oleh semacam nave tetapi melingkar lebarnya 5.00 M. Gang semcam nave melingkar tersbut terbentuk oleh dinding luar dan deretan kolom granit posisinya pada lingkaran, sebanyak 12 buah, masing – masing ganda dan kembar. Penampang atap gang, berupa pelengkung setengah lingkaran. Kolom – kolom menjadi tumpuan dari pelengkung, yang juga posisinya melingkar. Pada bagian atas diameter dinding mengecil, menjadi tambur ( tambour ) atau drum, menumpu atap berbentuk kubah. Di sekeliling tambour terdapat berderet jendela atas, ambang atasnya pelengkung setengah lingkaran, seperti jendela di sebagian besar bangunan jaman Romawi. Identik dengan gereja disebut terakhir sebelum ini, kibah ditutup oleh atap berbentuk pyramidal. Dengan demikian kontruksi kubah lebih berfungsi sebagai plafond.




Meskipun denah makam Theodoric di Ravenna ( 530 ) juga lingkaran, namun bentuknya sangat berbeda dengan makam Constanza di Roma, tersebut di atas. Makam terdiri dari dua lantai, dinding bagian bawah lebih tebal dan uniknya did lam berdenah salib sama kaki. Dinding bagian luar poligoanl sepuluh sisi ( decagonal ) berdiameter 13.7 M pada setiap sudut terapat semacam pilaster, bentuk mengikuti denahnya. Atap yang juga menjdai plafond dari lantai bawah berbentuk pelengkung.
Lantai dua dindingnya tidak setebal lantai satu, denah bagian dalam lingkaran penuh, sedangkan bagian luar decagonal. Selain denahnya yang berbentuk salib, keunikannya lain dari makam, adalah tangga yang berada di luar ( biasanya ada di dalam ) ada dua di kiri – kanan pintu masuk lantai bawah. Atap terdiri dari kubah yang ceruknya tidak dalam berdiameter 10 : 70 M.



Makam Galla Placida, Ravenna ( 425 ), adalalh salah satu dari tidak banyak makam yang denahnya bukan lingkaran, melainkan berbetuk salib, kepala dan tengah – tengah yang membentuk ruang segi empat, terdapat makam. Pintu masuk pada bagian kaki salib ( terpanjang ) di utara – timur, atapnya pelana seperti pada kedua lengan dan kepala, namun dindingnya lebih tinggi. Ruang tengah yaitu bagian persilangan anatar lengan, kaki dn kepala, denahnya bujur sangkar, dikelilingi oleh empat buah pelengkung.


Bagian dalam dari ruang tengah tersebut dindingnya tinggi, beratap kubah, namun di luar ditutup oleh atap pyramidal. Karena denahnya bujur sangkar maka bentuk kubah tidak penuh berbentuk bagian dari bola, namun pada bagian setiap sisi terpotong bidang vertical dari dindingnya.



Semua dinding terbuat dari konstruksi bata, pada sisi – sisi luar dihias dengan pelengkung mati. Hiasan di luar tidak terlalu banyak hanya berupa molding dan semacam cornice, membentuk garis – garis besar horizontal dan miring mengikuti kemiringan atap. Pada dinding tengah ynag tinggi, masing – masing terdapat sebuah jendela atas. Pada ruang dlam terdapat cukup banyak hiasan, anatar lain dekorasi pada pelengkung, termasuk lukisan dinding.




Babtistery adalah bagian dari sebuah gereja atau kapel, dapat juga berupa bangunan khusus untuk upacara pembabtisan adalah Babtistery Constantine di Roma ( 432 – 40 ) di bangun di dekat gereja Lateran. Yang membangun adalah Sixtus III. Nama Constantine dipakai karena kepadanya pembabtisan ini diberikan untuk penghormatan. Babtistery Constantine adalah salah satu tertua lainnya di Italy, sehingga kemungkinan besar menjadi model banyak ditiru di di tempat lain.
Denah bagian utama hexagonal, terdiri dari lingkaran dalam, dikelilingi oleh lingkaran luar dari sebuah ambulatory. Jarak anatar dau dinding pada sisi berhadapan 19.20 M. Kedua lingkaran satu di dalam, lainnya di luar terbentuk oleh delapan buah kolom pada setiap titik sudut segi delapan dalam dan dinding. Lantai dari lingkaran dalam tutrun tigs trap dari lantai lingkaran luar. Kolom terbuat drai marmer menumpu entablature berbeentuk cincin, di atsnya lagi ada kolom bentuknya sama dengan yang di bawah, namun kebih kecil. Masing – masing kolom atas posisinya sama dengan yang di bawah, juga menumpu entablature berbentuk cincin, di atsnya lagi pada setiap sisi ada dinding. Pada setiap dinding bagian atas tersebut, terdapat jendela atas bentuknya lingkaran atau disebut mata sapi ( oculus / bull’s – aye ). Bagaian dalam atau semacam plafond dari atap lingkaran dalam berbentuk ceruk kubah. Bentuk kubah bukan bagian dari bola, namun paath – patah sebanyak delapan buah sejumlah dindinding dari denah hexagonal. Atapnya piramida tumpul ditutup genting.
Babtistery lebih banyk berdenah lingkaran atau segi banyk, mungkin karena bentuk – bentuk semacam itu memounyai titik focus, yaitu di tengah seperti pada banyak makam. Tempat pembabtisan di tengah pada bagian titik focus tersebut, dapat dirasakan lebih khidmat.




Sebuah babtistery di Nocera ( sebuah kota beberapa ratus kilometer di selatan timur ( Roma ) denahnya juga lingkaran didirikan sekitar abad empat.
Titik focus berada di tengah dari lingkaran dalam, terbentuk oleh delapan kolom berdiri pada setiap titik sudut dari segi delapan yang jarak sisi berhadapan 6.10 M.
Lingkaran dalam ini dikelilingi lagi oleh dua lapis lingkaran. Lantainya turun tiga trap, mempunayi atap yang lebih banyak berfungsi sebagai hiasan. Lingkaran luar pertama diameternya 11.60 M pada sekelilingnya terdapat 15 kolom kembar berjejer ke arah titik pusat lingkaran ( konsentrik ). Kelima belas kolom tersebut menyangga kubah yang tumpuannya berupa pelengkung – pelengkung. Lingkaran lapis luar berupa ambulatory terbentuk oleh kolom – kolom tersebut dengan dinding yang denahnya lingkaran penuh. Plafond dari ambulatory lengkung – lengkung jga kosentrik. Meskipun bagian atas di ruang dalam bagian tengah bentuknya kubah dan pelengkung disekelilingnya, namu atapnya berbentuk kerucut. Atap sekelilingnya satu sisi miring. Pada dinding diantar atap tengah dan kelilingnya ada sdelpan jendela atap.

Aneka Dekorasi Gereja pada jaman Kristen Awal
Dalam arsitektur Yunanai, dekorai hanya dibuat pada bagian – bagian etrtentu dengan relief, ukiran, dan lain – lain, tidak sebanyak ornament pada jaman Romawi ( jaman kelanjutan yunani ). Pada arsitektur Kristen Awal yang merupakan perkembangn dari gaya Romawi, dekorasi lebih banyak dari sebelumnya, antara lain mosaic dan lukisan dinding.



Pengaruh Yunani, pada arsitektur Romawi dan Kristen Awal masih terkihat jelas pada Order yaitu konstruksi terdiri dari kolom dan balok yang dihias ( entablature ). Yang paling banyak diantarnya ialah Order Korientien, yang cirri khasnya pada hiasan floral pada kepalanya ( capita . Hiasan geometric juga mulai dikembangkan apda jaman Kristen Awal, antara lain lantai, dinding, ukiran, pada ointu dan jendela. Beberapa contoh dekorasi pda jaman Kristen Awla terlihat berikut.